Juhall
be1wama
putilz,
be rlengan panjang yang disebut
lapusu-
pa.
Lis benvama
meralz
yaitu terbuat dari bahan tetoron warna
merah.
Sepatu
yang digunakan adalah carip.
3. 2.3. 2.3. Perhiasan
Busana pengantin wanita tidak dapat di pisahkan dari perhiasan
pengantin yang digunakan untuk mewarnai keindahan busana pe–
ngantin tersebut.
Perhiasan-perhiasan yang digunakan se la in ditafsirkan sebagai
benda-benda yang mengandung nilai keindahan atau es tetis, tetapi
juga sering mengandung makna simbolis. Pengantin wanita di desa
Pelauw menggunakan beraneka ragam perhiasan sebagai berikut :
Hiasan Kepala Pengantin Wanita :
Sebuah
sanggul
yang besar dan bentuknya berbeda-beda sesua i
dengan sort yang menggunakannya. Soa Latuconsina menggunakan
sanggul atau konde yang berbentuk bundar, sepert i konde orang
Cina.
Bentuk konde melintang, dipakai oleh soa Salampessy. Bentuk
konde ini disebut dalam bahasa daerah :
kebiri.
Konde da lam bahasa
daerah disebut
alzutun
Sanggul atau konde (ahutun) disusun dari
rambut asli, atau bila rambut pengantin wanita pendek, dipakai ce–
mara yaitu seikal rambut tambahan panjangnya
Y.s
yang digabungkan
dengan rambut asli.
Btmga goyang
yang terdiri dari tangkai bunga. pada ujung tang–
kai terdapat bunga seperti bunga melati yang sedang .mekar.
Pangkal tangkai bunga itu tajam. agar dapat ditusukkan ke kon–
de sanggul. Baik tangkai bunga, maupun bunganya terbuat dari pe–
rak atau emas atau dari logarn yang disepuh dengan emas atau pe–
rak. Kalau pengantin wanitanya berjalan maka bunga goyangnya
akan bergcrak/bergoyang, oleh karcna itu disebut hunga goyang.
Sarna halnya dengan daerah-daerah sampel lain
di
Maluku Tengah
bunga melati, terkenal dengan nama: bunga
mallor
diguuaKan sebaga i
simbol. Hal ini melambangkan kesucian kesederhanaan dan keindah–
an pcngantin wanita. Jumlah bunga goyang yang dikenakan pada
sanggul atau konde atau ahutun adalah 4 - 5 buah. Hal ini melam–
bangkan divisi sosio-kultural Patalima atau Uli - lima.
181
Klk
~~usl
Onlone :
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia