Page 178 - Cerita Rakyat Daerah Jawa - Barat

Basic HTML Version

rizki nomplok seperti ini. "
" Bagaimana engkau ini, sakadang maung!.Bukankah aku meno–
longmu tadi sehingga terlepas dari mara bahaya? Andaikata tidak
kutolong engkau, niscaya engkau masih tertindih kayu itu. Menga
pa sekarang akhirnya jadi begini? Janganlah begitu sakadang
maung. Ingat tadi engkau berkata akan berterima kasih padaku
seumur hidup. "
" Lain Bengkulu lain Semarang, lain dahulu lain sekarang . Tadi sih
tadi , sekarang sih sekarang . Dan lagi , engkau tadi kan tidak dapat
mengangkat kayu kalau tidak kubantu. "
" Memang benar begitu , tetapi kan sakadang maung juga tidak kuat
mengangkat kayu itu kalau tidak kutolong. Jadi , kalau sendirian
Sakadang maung tak kan dapat bebas."
" Sudahlah, jangan berbicara saja. Aku lapar ingin makan. "
Sedang mereka berselisih faham begitu kebetulan sakadang
sero, ialah berang - berang , lewat di sana.
" Sakadang
ser~ ,
tolonglah aku! " kata sakadang domba.
"Ada apa ini? Aku terkejut sekali ," jawabnya.
Oiceritakanlah oleh sakadang domba kejadiannya dari awal
sampai akhir, sampai ia akan dimakan oleh sakadang maung.
" Nah, bagaimana pendapat sakadang sero? " tanya sakadang
maung," kumakankah domba ini atau kulepaskan? " sambil ia
memandang sekadang sero dengan kejam agar takut. Karena itu , ia
pun menjawab, " Menu rut pendapatku karena sakadang maung
lapar dan domba adalah memang mangsa harimau, meskipun ia
tadi menolong engkau, silahkan makan."
Mer.dengar kata-kata itu, sakadang maung sangat gembira lalu
mengaum. Ketika akan menggigit sakadang domba, lewatlah saka–
dang ajag.
" Tolong , tolooong! " kata sakadang domba.
" Nanti , nanti dulu! Bagaimana mulanya sehingga menjadi ribut
begini? tanya sakadang ajag.
Sekali lagi domba menceritakan kejadiannya.
" Bagaimana pendapat sakadang ajag? " harimau bertanya. Ka–
rena ajag pun sama binatang buas, ia ada di pihak sakadang maung,
katanya.
" Oi dunia ini sudah biasa bahwa, kambing , domba, kij-ang , dan
sebangsanya menjadi mangsa harimau, singa, ajag , dan sebangsa–
nya.
Jadi, sudahlah pada tempatnya kalau sakadang domba dimakan
oleh sakadang maung."
Ketika itu lewatlah sang kancil. Oengan memelas sakadang
164
Hak Akses PubUkasi Online:
Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia