Page 113 - Karapan Sapi di Madura

Basic HTML Version

Tinggalsekali ini sang sapi mendapat kehormatan atau tidak. Sang sapi me–
ngerahkan seluruh tenaganya. Pukulan dan cambukan yang mendera mem–
buat sapi-sapi lari kesetanan. Tukang tongko ' bagaikan bertiarap di pung–
gung sapi , mendera dengan rokong sambil berteriak sampai parau. Para
tukang gubra memekik-mekik dan menghambur ketengah lapangan dengan
cemeti dibunyikan bagaikan hamburan peluru senapan. Ya .. ya . . ya . ..
penontonpun berteriak histeris. Semuanya akhirnya berlalu. Waktu 8 detik
yang tegang, hanya untuk menentukan 6 besar pasangan sapi kerap. Lapang–
an sunyi kembali. Petugas mulai mempersiapkan tahap berikutnya, yaitu
tahap final. Waktu diperpanjang sedikit untuk memberi istirahat kepada
sang sapi. Jam menunjukkan hampir pukul 2 siang.
d. Ronde Terakhir atau Babak Final
Ronde terakhir atau babak final adalah pertandingan kerapan sapi
yang hanya diikuti oleh 3 pasang sapi , dilepas sekaligus. Tujuannya yang
pokok untuk menentukan juara I, juara II dan juara III, baik golongan
menang ataupun golongan kalah.
Dalam babak ini ditentukan sapi terbaik di suatu tempat. Tetapi
sayangnya baik di satu tempat , kadang-kadang dapat dikalahkan lagi oleh
ranking di bawahnya dalam pertandingan tingkat berikutnya yang lebih
tinggi.
Pasangan sapi yang mendapat kejuaraan nomer I di tingkat Kewedana–
an ataupun tingkat Kabupaten , hanyalah dibedakan dalam hal hadiahnya
lebih besar. Tetapi dalam pertandingan tingkat Keresidenan , juara I me–
mang merupakan sapi jempolan . Semua orang angkat tangan , mengakui
keunggulan sang juara. Maka otomatis harga sapi melonjak tinggi.
Untuk mengukur kecepatan lari sapi , pada pertandingan babak final
tingkat Keresidenan inilah yang paling tepat. Di sini telah berkumpul
duta-duta Kabupaten , sehingga kondisi sapi memungkinkan. Lari sapi
"nyongklang-abat-bat " ,
sehingga sangat cepat.
Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang jalannya per-
-
tandingan , di bawah ini diberikan contoh " perjalanan" pasangan sapi
milik Moh Ridwan dari desa Manding Daja , Wilayah Kewedanaan Kota
Sumenep. Contoh dipilih untuk mendapat gambaran yang menyangkut
kejadian-kejadian dalam pelaksanaan kerapan sapi.
Pasangan sapi M. Ridwan dinamakan " Se Singo Keramat " . Dalam
pertandingan Tingkat Kewedanaan tahun 1983 , pasangan sapinya men–
dapatkan nomer urut ·18. Jumlah peserta semua adalah 33 pasang. Lawan
pertama yang harus dihadapi adalah nomer 17. Menurut "hukum perkira-
99