Sapi kerap yang baik biasanya telah dilatih sejak umur bulanan ketika
masih "empe' ' ' , yaitu "berupa sapi muda. Setelah lama mengalami "Iatihan
segala macam" , sapi kerap sudah dapat mencapai puncak "karier"nya pada
usia 4 tahun sampai 6 tahun. Apabila pemeliharaannya baik dan berke–
lanjutan , maka masa jaya sapi kerap dapat mencapai sampai 10 tahun.
Sapi kerap pada usia lebih dari 7 tahun tidak pernah "cekka" tergolong
dalam 6 besar pada pertandingan, dianggap telah "ilang masa emas"nya
dan biasanya langsung dijual atau menjadi pejantan.
Oleh karena itu kita masih sering dalam perioda lima tahun men–
dengar tentang kemenangan sapi" yang itu-itu" saja. Tetapi karena intensi–
fikasi peme!iharaan dan hal-hal negatip dalam perjudian, kadang-kadang
sapi kerap juara cepat "Ienyap" dari percaturan kejuaraan tahun-tahun
berikutnya.
6. Perkembangan Tujuan.
Seperti telah diuraikan di atas bahwa .tujuankerapan sapi bersalaga
mula-mula adalah untuk mempercepat pekerjaan. Lama kelamaan menjadi
hiburan setelah habis panen ataupun pada waktu awal
meng~rjakan
sawah.
Pada jaman penjajahan , keadaan yang demikian dimanfaatkan sekali
oleh pemerintah dengan tujuan "peningkatan ras sapi Madura". Tujuan ini
•
untuk menjaga kelangsungan ras sapi yang baik dengan jalan "menghasilkan
sapi pejantan" melalui pertandingan kerapan sapi. Olelf karena itu pejabat
yang berhubungan kehewanan disertakan untuk mengukur ukuran sapi,
bulu, bentuk , dan usia sapi , sebagai syarat boleh tidaknya untuk ikut ber–
tanding. Bahkan untuk sapi-sapi ini Pemerintah setelah kemerdekaan mem–
berikan "persen" kepada pemilik pejantan setiap ada perkawinan dengan
sapi betina yang lain.
Jaman berkembang dengan cepatnya, pemilik sapi pun kemudian
mempunyai tujuan yang berbeda pula. Perubahan yang komplek ini kini
mengarah atau cenderung kepersoalan "kebanggaan", (pride); kemenangan"
dan "komersial " . Sapi kerap pada jaman sekarang tidak dijadikan pejantan,
sebab sapi akan menjadi "Ioyo" dan tidak pernah menang. Memiliki sapi
kerap barang sepasang pada jaman kemerdekaan ini, lebih-Iebih pada
jaman dahulu , dapat mengangkat nama seseorang untuk muncul ke tengah
gelanggang pergaulan. Namanya menjadi dikenal umum. Pemilik sapi kerap
mestilah termasuk orang kaya, karena pemeliharaan sapi kerap 'tergolong
mahal. Bagi pemilik sapi kerap yang menang maka nama sa'pinya menjadi
buah bibir. Oleh karena itu memiliki sapi kerap merupakan suatu kebang–
gaan (pride) tersendiri , yang semula bersifat pribadi akhirnya meluas.
Apabila sapi kerap tersebut sebagai pemenang mewakili suatu daerah
30
•
~
HIIk,*,-PlJ:JllkalOnIIne:
\"-- ,
~"
"""""" R",,"""
Irodoo,.,;