Page 225 - Permainan Tradisional Indonesia

Basic HTML Version

saat untuk nantinya diambil kembali. Setelah beberapa waktu dan dirasa sudah
kerasukan roh halus, boneka nini thowong tersebut diambil kembali (boneka yang sudah
kerasukan rob halus, akan terasa lcbih berat dari sebelumnya) dan dibawa ke tempat
arena permainan, sepanjang jalan mereka menyanyikan "Padha mupu bocah bajang,
rambute arang abang" (artinya membawa orok yang berambut merah).
Sesampai di arena permainan, nini thowong diletakkan di tengah-tengah dikelilingi
para gadis remaja sambil masing-masing ujung ''sampur" (selendang) boneka dipegang
oleh 2 atau 4 gadis pilihan sang dukun. Saat dukun membakar kemenyan, para pemain
lain menyanyikan lagu
"c~
angon" (anak gembala) secara berulang-ulang sampai nini
thowong "ndadi" (semakin menjadi). Setelah "ndadi" para pemain bergantian bertanya
tentang berbagai hal sedangkan nini thowong menjawabnya dengan isyarat.
Makin lama permainan ini makin meriah karena pemain ada yang sudah berani
menggoda nini thowong dengan mengambil anaknya (dari giling atau gandhik) untuk
disembunyikan sambil berkali-kali mengatakan "Ni thowong anakmu bilang" (nini
thowong anakmu hilang). Ketika mengetahui anaknya hilang nini thowong mencari
siapa yang menyembunyikan. Anak yang rnenyembunyikan lalu lari dan nini thowong
akan mengejar sampai tertangkap dan membenturkan kepalanya ke tubuh anak tersebut.
Ini akan berhenti hila anak tadi mengemgbalikan "anak" nini thowong sambil
menyanyikan "Ni thowong anakmu rnilih". Bila tidak dikembalikan, maka nini thowong
akan bertambah marah dengan melonjak-lonjak hingga pemegang selendang/sampur
merasa keberatan dan minta bantuan gadis lain. Jika keadaan memuncak dan dirasa
membahayakan, maka permainan harus segera diakhiri dengan cara
s~g
dukun meludahi
boneka tersebut atau meminta tolong anak laki-laki untuk memegangi Ieber boneka
nini thowong tersebut. Kemudian para pemain menyanyikan lagu "Muliha bocah bajang,
rambute arang abang". Nyanyian itu bertujuan agar roh yang merasuki boneka nini
thowong segera pergi dari badan boneka tersebut dan permainan berakhir.
11.15. Permainan Benthik
*
Kata "benthik" berasal dari suara benturan benda sehingga menimbulkan suara
"thik". Permainan benthik menggunakan dua alat yang selalu berbenturan dan
menimbulkan suara "thik" sehingga dalam bahasa Jawa disebut
"~enthik".
Permainan
ini membutuhkan tempat yang lapang dan dilakukan secara berpasangan.
Permainan benthi k ini tidak memandang status sosial dan htJdaya karena hanya
bersifat rekreatif, melatih ketangkasan, keterampilan dan kerja sarna yang baik.
Permainan benthik sudah lama ada dan berasal dari pedesaan. Sampai saat ini per–
mainan benthik ini masih banyak dilakukan anak-anak.
212
Hak Akses Publikasi Online :
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia