diperoleh, secara perlahan-lahan dan hati-hati sekali ujung bambu yang bersinggungan
diungkit agar terpisah. Bila waktu mengungkit bambu yang tertindih goyang dianggap
gagal. Selanjutnya digantikan oleh lawan dengan cara mengumpulkan kembali bambu
yang belum berhasil dimiliki dan ditegakkan seperti permainansemula. Jika seluruhnya
telah berhasil dimiliki maka permainan dianggap selesai. Sedangkan pemenangnya
adalah yang paling banyak memilik.i bambu hasil permainan tersebut. Sebagai imbalan
bagi yang menang adalah basil nyata yang diperolehnya scjurnlah bambu yang menjadi
taruhan menjadi miliknya. Adakalanya pihak yang kalah mendapat hukuman, misalnya
memijit-mijit punggung atau tangan, menarik jari tangan pemenang dan lain-lain.
2.10.
Permainan Mardetes
Jenis permainan
mardetes
dikenal di daerah Simalungun yang mempunyai makna
"meluncur". Permainan ini mirip dengan olahraga ski yang kita kenaJ dewasa ini. Sifat
permainan ini kompetitif, yang dapat melatih ketangkasan di samping menjadi hiburan
melihat orang yang jatuh terguling yang menimbulkan kelucuan. Mardetes dimainkan
anak laki-laki saja, berumur 6 sampai 12 tahun, jumlah pemain umumnya 8 atau 10 orang
terdiri dari 4 atau 5 orang. Dilakukan pada waktu sore hari ketika istirahat dari membantu
orang tuanya seharian. Setiap pemain memerlukan sebuah alat peluncur yang terbuat
dari pelepah pinang yang dibentuk sedemikian rupa, daunnya dibuang dan ujungnya
dipotong sebagai pegangan dan dapat juga dari pelepah enau yang dibentuk seperti
sampan panjangnya 70 em, sebelah depan dipahatkan sepotong kayu sebagai tempat
injakan kaki sepanjang 20 em
kiri
dan kanan. Kemudian mencari arena pertandingan
seperti lereng bukit dengan kemiringan 30
o
atau lebih dengan panjang 30 atau 40 meter,
Iebar 15 meter, direntangkan tali pada bagian atas sebagai garis start dan di bawah
direntangkan tali sebagai garis finish.
Mula-mula ditentukan 2 orang juri, kemudian menentukan per-soni I setiap grup,
grup A dan grup B. Pemain dari kedua grup dibuat/disusun berselang-seling, menduduki
alat peluncurnya masing-masing dengan kaki menginjak tanah pada tali yang
direntangkan sebagai garis start. Juri memberi aba-aba sebagai tanda dimulai
peluncuran. Setiap pemain berusaha mendahului lawan sambil menghalangi lawan
dengan caranya sendiri-sendiri. Sebaliknya lawan akan berusaha mengelak.kan rintangan
itu dengan cara membelokkan luncumya sehingga dapat meneruskan peluncuran. Pada
garis finish kedua juri telah bersiap-siap untuk memperhatikan dari grup mana yang
terbelakang. Bila pemain ada yang terguling maka dianggap kalah dalam permainan,
hanya pemain yang tidak pemah jatuh yang dianggap sah sampai ke garis finish.
39
Hak Akses Publikasi Online:
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia