Page 225 - Upacara Adat Kwangkay Dayak Benuaq Di Mancong

Basic HTML Version

Lampiran 2:
Kisah Perjalanan Spiritual Kilip
(Asai-Usul Adat Kematian)
uku Dayak Benuaq percaya pada sebuah legenda yang
menceritakan tentang seorang tokoh yang bemama K.ilip. Dari
ceritera Kilip inilah kemudian lahir upacara adat kematian yang
sampai kini dilakukan oleh orang-orang suku Dayak Benuaq.
Tersebutlah pada suatu zaman, dimana hidup suatu keluarga kecil
bemamaDatu dan Dara yang bertempat tinggal di daerah yang disebut
Tenukn.g Mengkelop.
Mereka mempunyai anak laki-laki bemama K.ilip.
Kehidupan sehari-hari mereka lewati dengan berladang hingga lanjut
usia dan akhirnya kedua orang tuanya meninggal dunia. Ketika
ayahnya meninggal, K.ilip menjadi bingung atas kematian kedua orang
tuanya itu, terlebih lagi karena ia tidak tahu bagaitnana seharusnya
memperlakukan mayat dan mengadakan upacara kematian bagi kedua
orang tuanya.
Melihat kenyataan yang demikian lalu Kilip mengambil kulit kayu
(Baton)
yang digunakan sebagai 'kain kafan, kemudian dibungkusnya
mayat kedua orang tuanya itu dengan
barutn.
Lalu diletakkan di atas
tujuh potong bambu yang ditaruh di bawah pohon bambu. Mayat Dara
(ibu Kilip) dibaringkan disamping Datu. Untuk melengkapi upacara
kematian kedua orang tuanya itu, maka Kilip membuat nasi dari beras'
ketan sebanyak tujuh
kepar
(genggam) dan nasi dari beras biasa
sebanyak tujuh
kepar
juga. Ia jugamembakar tujuh ekor ikan sebagai
pelengkap. Gumpalan nasi .dan ikan itu diletakkannya di dekat
bungkusan mayat. Kemudian Kilip. melakukan perjalanan spiritual
ke gunung Lumut, yaitu gunung yang menurut kepercayaan Suku
Dayak Benuaq adalah tempat arwah orang yang telah meninggal.
Perjalanan ini dilakukan karena Kilip percaya bahwa roh orang mati
akan bersemayam di Gunung Lumut.
Setelah beberapa hari Kilip berjalan ke Gunung Lumut, maka
dilihatnya dari kejauhan asap api . Ia terus saja berjalan dan akhirnya
Upacara Adat Kwangkay
197
..,kAksoes Publokasl
Onfone :
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia