mengapa hatiku·jadi sedemikian lemah seperti ini?" keluh
Aradea berguling-guling sendirian di katnar tidurnya.
"Etika dan sopan-santun ini amat mengganggu
kebebasan ..."kata Nyimas Intensari senja
tadi.
Ouw ... apakah
ini
pertanda gadis itu bersemangat
untuk melakukan pemberontakan? Kuatkah r1:rinya untuk
mengawal pemberontakan besar ini?
"Ah ...berat rasanya untuk menciptakan
l~dakan
besar
seperti
ini.
Betapa dunia akan hancur luluh hanya karena
ada etika-moral yang terlepas!" gumamnya dalam hati.
Sampai pagi menjelang dia tek bisa memutuskan
sendiri, akan ke manakah dia sebenamya?
***
Esok senjanya, temyata Aradea
tak
bisa
m~nahan
gejolak jiwanya.
Dia bertandang lagi ke rumah Nyimas Inten.
Orang-orang menatapnya dengan penuh benci dan
cemburu.
"Lihatlah, Kangjeng Dalem telah mengutus anak-muda
itu kembali.
Aku
rasa, benar adanya bahwa telah terjadi
perselingkuhan di kaputren ini ... " kata prajurit muda
dengan nada muak.
"Ssssttt :.. kau jangan gegabah menuding. Sebelum
terlihat bukti, pantang menyebut sesuatu keyakinan," tutur
prajurit yang usianya lebih
tua.
Sementara Aradea sendiri mencongklang
di
atas
lrudanya dengan santai dan hati berbunga. Dia malah
kembali melantunkan nyanyian yang dilantunkan sore
kemarin.
***
s.
HakAk.ses Online :
ll\i
INDONESIA
~
HERITAGE.ORG