Hasnah kau baca sendiri, betapa manis kata-katanya hendak ber–
setia pada saya seumur hidup.
Hanya tujuh oulan kemudian ia kawin dengan si Kadir. Per–
hatikanlah berapa rukun dan damainya mereka sekarang.
Dan orang yang beristri dua, tiga itu tentu ada juga yang
beijanji setengah bersumpah pada isterinya pertama akan sehidup
semati dan ha-ha-ha ada yang mengatakan hendak sekubur berdua.
Macam-macam. Waktu itu saya baru kembali dari Kelang, banyak
saya menolong membacakan atau menuliskan surat percintaan.
Macam-macam janji, seribu kata hasilnya saya lihat sendiri. Ada
yang sudah enam bulan saja bercerai, ada yang lari kawin dengan
gadis lain. "
"Di Malaka itu bagaimana Nap?"
"Sarna saja Pin. Hanya orang kulit putih yang saya lihat terus
setia pada istrinya yang satu. Mereka tak boleh memakai istri dua.
Kalau yang satu diceraikan baru boleh kawin dengan yang lain ."
Sebetulnya yang begitu masih dapatlah diterima oleh akal
sehat kita. Tetapi apa yang teijadi di negeri kita sekarang, memang
belum terasa oleh saya manfaatnya.
Tuhan dan Rasul membenarkan beristri dua, tiga sampai
empat, tentu karena ada manfaatnya Ripin.
Misalnya; karena istri pertama itu tak memenuhi syarat terus–
terusan sakit yang sukar diobat atau tak ada obatnya. Mandul,
sedang sisuami dan keluarganya menghendaki keturunan. Bodoh,
susah diajar atau sama sekali tak dapat diajar, sehingga tak mung–
kin dibawa berunding berbicara dalam kesibukan sisuami, akan
diceraikan sisuami tak sampai hati pula karena ia tak mungkin
dapat hidup sendiri apa Jagi kalau telah ada anak dua tiga.
Atau seperti yang dilakukan oleh Nabi kita Muhammad Saw.,
sengaja untuk menolong perempuan-perempuan yang dikawini
kemudian itu. Ada yang mati suaminya dalam peperangan sehing–
ga jandanya memelihara anak yatim beberapa orang.
Ada karena perempuan itu telah tua betul tak dapat lagi mencari
rezeki sedang yang memeliharanya seperti saudara dan anak tak
ada. Atau karena ada sepupunya yang harus menjadi j(!nda pada
umur yang sangat muda. "
66
H&k
~
Put*bsl
On
one :
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia