'
Mataram, Nyimas Inten sudah merupakan sesembahan
hamba juga ... " tutur Aradea memberikan alasan keberatan.
Kangjeng Dalem nampak tepekur.
"Jadi bagaimana akalnya?" tanyanya.
"Menurut Gusti, yang terbaik bagaimana?" Aradea
malah balik bertanya.
"Yah ... akupun lemah dalam hal ini. Nyir__as Intensari
akan menjadi selir Raja dari Mataram. Artinya, diapun jadi
atasanku juga. Diapun jadi sesembahanku juga. Namun di
lain pihak, gadis itu masih kekanak-kanakan.
~Aasa
setiap
aku pergi berburu dia musti selalu ikut
s~rta?"
keluh
Kangjeng Dalem.
"Itu lantaran sudah sejak dulu Kangjeng Dalem selalu
mengajaknya berburu menjangan ke Cineam. Sekarang
seperti menjadi kebiasaan bagi Nyimas ... "
tutur
Aradea.
"Tapi itu kan ketika aku belum jadi bupati. Itu kan
ketika Si Nyimas belum dipersunting Raja Mataram!"
Kangjeng Dalem berkilah.
"Tapi itulah kenyataannya, Gusti ... "
"Ya ... aku tahu, aku tabu ... " gumam Kangjeng lJalem.
Kangjeng Dalem diam membisu. Sebagai gantinya dia
melemparkan bubuk: makanan ke atas
pettnukaan
kolam.
Maka belasan ekor ikan warna-warni saling berkejaran
untuk berlomba merebut makanan.
"Seperti itulah kedudukan Nyimas Inten kini ..."
gumam Kangjeng Dalem.
· "Seperti apa, Gusti?"
"Ya , ... seperti sejumput makanan yang banyak
diper~bu~ belas~
ikan
i~
..."
-
,
I
,
•
s
HakAkses
Online:
~
INDONESIA
~
HERITAGE.ORG
'
:
f
7